Cara menerbitkan dan menjual buku sendiri
Lebih dari 10 tahun lalu, saya sudah bercita-cita bisa menerbitkan buku fisik yang bisa dibaca orang lain. Berkali-kali saya mencoba mengirim naskah ke penerbit dan semuanya ditolak. To be fair, tulisan saya waktu itu tanpa ilmu menulis. Melihat ke belakang, untung saja tulisan saya ditolak waktu itu :P.
Singkat cerita, setelah mengenal konsep prinsip pertama, pikiran saya jadi terbuka kalau semuanya bisa dilakukan dengan membagi tugas dan masalahnya ke hal-hal dasar. Berikut cara saya menerbitkan buku sendiri
Kecuali kamu mau menerbitkan buku tulis kosong, maka perlu menyediakan waktu untuk menulis bukunya.
Kita akan bahas seputar menulis di bagian lain (di luar scope tulisan ini), tapi kamu bisa baca tulisan ini sebagai pemanasan: menulis untuk menulis.
Saya tahu, setelah selesai membuat naskah kamu langsung mau terbang dengan bukunya. Saya mohon, jangan dulu!
Bagian ini sering dilewati, kamu merasa tulisanmu sudah selesai. Sayangnya belum, ada yang disebut “SFD” alias Shitty first draft. Tulisan kamu di awal sering kali jauh dari cukup.
Edit berkali-kali, paling tidak 3 kali. Setelah itu, minta atau bayar orang lain yang belum pernah membacanya untuk mereviewnya. Ada 3 hal yang perlu dicari dalam edit:
Ada juga jasa “penerbit indie” untuk membaca, edit dan review naskah, namun saya pribadi cenderung bukunya dibaca oleh target pembaca kamu, agar mendapatkan feedback yang tepat. Untuk jasa profesional, bisa khusus bagian typo atau grammar.
Kalau kamu mau punya “buku fisik”, yang bisa dipegang dan diraba orang lain, maka kamu perlu mencetak bukunya.
Kalau kamu hanya ingin menjual Buku PDF Digital, saya bisa menyarankan nihbuatjajan.com sebagai tempat menjualnya dengan mudah. Lalu bisa skip ke langkah ke-tiga.
Di mana tempat mencetak buku? Tidak mengejutkan jawabanya adalah di percetakan (Catatan: bukan penerbit!). Kamu bisa mencari di internet dengan keyword “percetakan buku”. Bonus kalau ada di kotamu, sehingga bisa datang langsung dan memegang bukunya.
Saya pribadi bertanya ke beberapa tempat untuk membandingkan harganya masing-masing, sampai ketemu harga yang pas.
Pro Tip: Minta contoh 1 cetakan buku dikirim ke rumahmu. Agar bisa merasakan apakah kualitas kertas dan cover sesuai dengan keinginan kamu.
ISBN atau international Standard Book Number adalah nomor identifikasi untuk untuk setiap buku, ini berlaku secara internasional.
Langkah ini opsional, kamu boleh mencetak bukumu sesuka hati, termasuk tanpa ISBN. Saya pribadi memilih punya ISBN agar terlihat lebih profesional dan lebih resmi.
Refrensi: Perpusnas
Bagaimana mendapakan ISBN?
A) The hard way:
Dari pemahaman saya selama searching, kamu bisa mengajukan sendiri ke Perpusnas dengan melengkapi beberapa dokumen dan mengikuti prosedurnya di sini: Info mengajukan ISBN.
B) The easy way:
Carilah “penerbit indie”, mereka biasa menerbitkan buku dan mengurus ISBN. Kamu bisa menanyakan berapa harga jika hanya ingin dibantu menerbitkan ISBN saja, namun cetaknya tetap sendiri.
Barcode ISBN beserta nomornya ini nanti bisa kamu masukkan ke layout buku kamu. Baik di cover belakang, atau pun di halaman awal.
Hanya karena kamu punya puluhan atau ratusan buku yang sudah dicetak dan siap dibaca, belum tentu orang mau membacanya :).
Saya sangat menyarankan untuk mencetak volume kecil di awal dan melihat bagaimana ia berjalan.
Lebih aman lagi kalau menggunakan sistem pre-order, jadi jelas orang yang memesan berapa, dari sana baru menyesuaikan jumlah cetakan.
Sama seperti menjual apapun, kita akan perlu melakukan marketing. Kasarnya kalau 50% kamu pakai untuk menulis, 50% tenaga dan effort yang sama harus kamu pakai untuk marketing. Jangan marketing hanya 1% saja.
Distribusi
Salah satu PR menerbitkan buku sendiri adalah distribusinya, kamu bisa menjual via toko online, melakukan packing dan pengiriman sendiri. Atau membayar orang untuk melakukan ini.
Masalah menjual / distribusi pun bisa jadi topik yang panjang kalau kita bahas dan akan keluar dari scope blog ini.
Saya pribadi menulis dan menerbitkan buku pemrograman: Halo Koding. Alasannya, setiap ke toko buku ke bagian informatika, saya hanya melihat buku tutorial, padahal masalah pemrograman lebih dari ini, ada banyak hal sisi manusiawi yang perlu dibahas, bukan hanya masalah komputer saja.
Misi unik ini yang saya translate menjadi sebuah tulisan dan menjadi “nilai utama” ketika saya menjual bukunya.
Catatan: saya punya channel youtube dan situs belajar koding sebelumnya, sehingga saya sudah punya “audience” atau calon pembaca. Jadi saya tahu kepada siapa saya harus menulis dan mempromosikan bukunya.
Tips untuk kamu
Jika kamu punya ketertarikan kepada suatu hal dan kamu punya perspektif unik atau sangat jarang dibahas, ini bisa menjadi modal awal yang besar. Menjadi pembeda kamu di antara ribuan buku lainnnya.
Kamu bisa berbagi mulai sekarang, di blog, youtube, atau sosial media lainnya. Kalau kamu hanya muncul pada saal menjual, kecil kemungkinan orang akan tertarik.
Berbeda kalau mereka sudah mengenal kamu sebagai orang yang memang berpengalaman dan punya ketertarikan di bidang yang kamu tulis. Kamu sudah punya kredibilitas untuk itu.
Penerbit Indie atau Indie publisher adalah penerbit yang siap menerbitkan karya kamu. Bisa jadi, termasuk mengurus ISBN, percetakan dan distribusi.
Perbedaannya dengan penerbit besar, sebut saja Gramedia. Biasanya penerbit besar punya proses yang panjang dan ketat untuk memilih buku yang mau diterbitkan. Sementara penerbit indie lebih mudah.
Agar jelas, saya tidak menggunakan jasa “penerbit indie”. Saya mengurus ISBN, mencetak, dan menjual di tempat yang berbeda.
Namun saya menulis ini, sebagai opsi untuk kamu, jika tidak ingin pusing dengan hal-hal tersebut, dan hanya ingin langsung mengarahkan pembaca kamu ke suatu link nanti untuk menjual bukumu.
Sayangnya saya belum pernah, jadi tidak bisa memberi saran untuk ini.
Menerbitkan dan menjual adalah dua hal berbeda. Sangat mungkin kamu menerbitkan buku sendiri dan tetap menjualnya di toko buku besar.
Saat SMP saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan untuk membaca buku. Saya sadar betapa pentingnya buku dalam perjalanan dan karir saya sampai sekarang ini.
Karena itu, saya tidak ragu kalau punya ide yang dirasa bermanfaat untuk menuangkannya lewat tulisan. Siapa yang tahu, kalau tulisan kita bisa membantu kehidupan orang lain.
Hampir semua hal bisa kita lakukan sendiri sekarang, jangan ragu untuk menulis buku kamu sendiri jika punya ide yang bisa membantu banyak orang.
Jika ada pertanyaan, silahka ke kolom komentar atau colek di twitter @hilmanski
Kurang lebih sudah 2 tahun saya bekerja secara remote (tidak ke kantor langsung).
Karena zona waktu tim kami berbeda-beda, kami harus berkomunikasi asynchronous (asinkron). Komunikasi asinkron membantu kamu dan orang lain jadi lebih menghargai waktu.
Asinkron berarti tidak real time atau tidak langsung.
Lawan dari komunikasi asinkron adalah komunikasi real time.
Contoh komunikasi real time: Telepon, ngobrol langsung atau live chat.
Sering kita sedang berada dalam “flow”. Keadaan di mana kita konsentrasi penuh mengerjakan sesuatu dan semuanya terasa begitu lancar.. sampai tiba tiba ada notifikasi atau rekan kerja yang mengajak kita ngobrol. Kita pun kehilangan momentum “flow” ini.
Bekerja di satu kantor sangat membuka hal ini terjadi dan komunikasi real time seperti telepon, live chat bisa merusak konsentrasi kerja kita.
Dokumentasi! semua hal harus tercatatat dengan baik, termasuk tugas yang diberikan dan progres tugas tersebut. Ada banyak plaform yang bisa dimanfaatkan seperti Trello, Notion, Basecamp, dll untuk hal ini.
Dokumentasi bisa berupa video, suara notes atau menulis.
Manfaat rahasia dari menuliskan tugas (dibanding menyampaikan secara langsung) adalah:
- menghindari lupa: sering kali saat meeting banyak ide menarik yang terbuang karena tidak ada dokumentasi.
- menhindari salah paham (karena ada acuan dokumentasi)
- membantu berpikir sebelum memberi tugas
Dokumentasikan semua hal: ide, masalah, tugas, dan lainnya.
Sebagian besar meeting bisa dihilangkan karena hanya berupa informasi satu arah. Kenapa tidak menyampaikan via email ? kenapa tidak menaruhnya di sebuah link dan membagikan link ke semua pihak?
Meeting mengharuskan semua orang bertemu di waktu yang sama. Padahal jam kerja produktif orang berbeda-beda.
Meeting biasanya berbentuk sangat “mentah”. Jeff Bezos, pendiri amazon mengharuskan menulis Memo kepada para eksekutifnya sebelum meeting. Menuangkan ide ke sebuah tulisan, mengharuskan kita untuk berkomunikasi dengan jelas, menggunakan data dan tidak asal ceplas-ceplos.
Orang-orang yang datang ke meeting, harus sudah membaca memo tersebut, dan memberikan tanggapan/pertanyaan atas apa yang tidak jelas dan layak didiskusikan. Bukan lagi datang dengan tangan kosong. Apalagi butuh waktu juga untuk mengkritik dan melihat kekurangan dari suatu ide. Jika hanya dilempar saat meeting, kemungkinan tidak terlihat kelemahannya.
Beberapa waktu lalu saya diajak meeting online untuk mendiskusikan kerja sama, saya minta jika bisa disampaikan via email , silahkan via email saja. Al hasil partner merekam apa yang mau mereka sampaikan di video 2-3 menit di loom dan semuanya disampaikan dengan jelas.
Bayangkan kalau harus setup atur waktu meeting lagi, belum kendala teknis, koneksi tidak lancar, microphone/speaker tidak terdengar baik. Akan semakin banyak waktu terbuang. Bandingkan dengan merekam atau menulis yang mau kamu sampaikan, jauh lebih mudah dan tidak perlu mengambil waktu orang lain.
Kamu tahu siapa yang paling suka menelepon ? tim sales! kamu juga mungkin dapat telpon dari bank atau kartu kredit hampir setiap hari. Kerjaan kamu terganggu!. Sering kali orang menelpon atau berbicara langsung membuat orang lain “tidak enak” untuk menolak tawaran. Jadi hanya iya iya saja.
Dibungkus dengan narasi yang sulit, saya hampir mengiyakan sebuah asuransi, tanpa paham apa maksudnya, hanya karena teleponnya mengganggu sehingga saya iya - iya kan terus jawabannya.
Jika harus menelpon atau live meeting, pastikan di waktu yang disepakati bersama.
Chatting via WA atau aplikasi komunikasi lain bisa jadi alternatif. Karena orang lain tidak perlu langsung membalas. Orang bisa membaca pesan dengan baik, mengajukan pertanyaan yang tidak jelas sebelum memberi respon.
Karena itu saat mengirim pesan pastikan jangan hanya:
- Assalamualaikum
- Halo, apa kabar
- Bisa minta tolong
- Boleh bertanya?
- dan sebagainya
Kamu boleh salam, boleh menyapa, tapi langsung sertakan apa keperluan kamu. Jangan menunggu balasan 2 -3 kali basa basi baru menyampaikan. Hargai waktu orang lain.
Tentunya sebelum chatting tersebut, pastikan membaca lagi pesan kamu, apakah pertanyaanmu atau apa yang ingin kamu sampaikan sudah jelas atau belum.
Apakah kamu sudah merasakan kerja atau hidup asinkron? kamu suka atau tidak suka? kenapa?
Baca juga: hargai waktu
Apa Kabar Pa ?
Kami sehat-sehat di sini.
Jangan khawatir :)
Jadi ingat masa..
Pas Papa pamit pulang ke desa
Mau menyiapkan acara buka puasa
“Mama ikut saja” - Papa balas “tidak usah”
Pagi hari.. kami sudah berangkat
Sudah di jalan.. kami sudah dekat
“Kriiiing Kriing” - bunyi telfon, mama angkat
“KENAPA?” - sahut Mama, saya sedikit lompat
Kabarnya sudah terbaca
Dari mata Mama yang berkaca
Kabarnya.. Tidak seindah cuaca
“Doakan papa, ia tidak bisa dibangunkan”
Katanya tidak ada nafas, tidak ada gerakan
Kutarik jaket, menutup auratku
Bersuci.. di atas debu
Entah apa keperluanku
Ingin bertanya ke Yang Maha Tahu
Mobil melaju kencang
Kalau bisa.. mungkin kami semua terbang
Mau bertemu siapa ?
Yang ingin dijumpa
sudah tiada
Lari ke atas rumah panggung
Melewati orang orang yang juga termenung
Akhirnya bertemu.. di balik kafan, Papa terkurung
Senang melihat senyum yang masih tersambung
Mau membalas senyum,
Tapi air mata lebih dulu tercantum
Kaki.. tangan.. seperti tertusuk jarum
Tidak ada lagi kostum
Kini Papa, dipanggil almarhum
Waktu berpisah saya belum menikah
Sebentar lagi, punya anak kedua
Salam dari menantu dan cucu Papa
Setiap ingin bertemu Kakek, saya bawa ke rumah mertua
Bagi saya juga, sudah jadi orang tua
Ia digendong, diajak bermain, diajak berjalan
Persis seperti yang Papa harusnya lakukan
Ingatan lama sering berbisik
Dulu Saya marah.. kalau papa bercerita dengan asyik
Saya malu, tidak suka dibanggakan depan publik
Sekarang saya tahu rasanya
Anak bicara satu kata saja
Luar biasa bangganya
Semua saya cerita
Padahal hanya satu kata
Kami baik-baik saja
Sambil terus berusaha
Kami saling menjaga
Kita berbicara lewat doa
Memastikan mama baik-baik saja
Bagaimana kalau kamu punya asisten untuk berpikir? Asisten ini punya kemampuan untuk:
Daftar di atas adalah sebagian manfaat yang akan kamu rasakan saat mencoba menggunakan “second brain”.
Dalam satu hari ada banyak sekali yang terjadi dengan kehidupan kita. Pikiran sering bercabang dan saling bertumpuk.
Kita cenderung mengandalkan memori yang sayangnya sangatlah rapuh oleh banyaknya kejadian yang disinggung di atas.
Akibatnya:
Second Brain ini bukanlah aplikasi atau step by step yang kaku. Second brain adalah cara kita mengumpulkan hal-hal (kecil atau besar) agar mudah kita olah, kelompokkan dan kembangkan nanti di luar kepala.
Sebelum mengenal istilah Second Brain yang dipopulerkan Tiago Forte ini, hampir setiap hari, saya menjadikan catatan sebagai alat berpikir dan cara mengingat sesuatu. Namun ada banyak hal yang saya dapatkan setelah mempelajari dan mempraktekkan tips-tips Second Brain ini. Semoga kamu juga terbantu
Bagian pertama yang sangat penting adalah: “Menyimpan bit”. Hal sekecil apapun yang biasanya harus kamu ingat. Kali ini kita simpan hafalannya di luar kepala dengan catatan.
Pikiran kita akan terganggu dengan banyak hal, karena itu pakailah bantuan yang ada. Tuangkan apa yang kamu temukan/ingin pikirkan, baik dalam bentuk kertas fisik, tulisan digital atau mereka suara/video. *Kita akan bahas kenapa perlu memanfaatkan digital.
Contoh kongkrit:
-Kamu sedang mengerjakan hal A, tiba-tiba kepikiran ide bisnis baru. Di saat seperti ini ada 2 hal. Kamu bisa meninggalkan aktivitas A tadi (padahal bisa jadi ini kerjaan penting) atau menyingkirkan ide baru agar tidak mengganggu konsentrasimu.
Harusnya: simpan idemu dengan merekam suara/mencatat agar bisa kamu kunjungi lagi nanti. Lanjutkan kerjaan saat ini.
-Ketemu artikel seru banget di internet, yang bisa bantu proyekmu. Saat lagi baca.. tiba-tiba ada yang panggil. Akhirnya tab bacaaan tertutup dan terlewat.
Harusnya: saat bertemu artikel menarik, segera simpan artikel ini, save linknya.
-Ngobrol dengan teman, ketemu hal menarik, rencana bikin ini dan itu. Tapi lewat begitu saja, karena tidak ada dokumentasinya. Semua lupa.
Harusnya: tuangkan pikiran kamu ke tulisan. Fisik ataupun digital.
Poinnya adalah selalu simpan hal menarik yang kamu temukan atau pikirkan. Jangan mengandalkan ingatan.
Sehari-hari kita dekat dengan handphone ataupun komputer, manfaatkan alat ini. Jangan sekedar menjadi media hiburan.
Aplikasi mencatat
Tuliskan isi pikiran kamu dan refrensi-refrensi menarik dalam satu aplikasi catatan.
Untuk memulai, di produk apple ada “notes”, windows ada “notepad”. Setiap hari bermunculan aplikasi baru yang bisa kamu coba. Ada juga aplikasi online “Notion” yang saat ini sedang populer digunakan.
Bookmark Manager
Untuk menyimpan link, kamu bisa menggunakan bookmark manager. Biasanya diinstall di browser yang digunakan. Ketemu tweet menarik, artikel, link baru, video seru, segera simpan!.
Contoh: raindrop, pocket, dll.
Kamu juga bisa menggunakan aplikasi mencatat sebagai tempat menyimpan link. Hanya saja bookmark manager lebih praktis. (Bisa jadi aplikasi catatanmu punya extension bookmark manager.)
Aplikasi pengingat
Aplikasi kalender, alarm atau reminder menjadi bagian penting di sini. Saat ada kebiasaan yang ingin kita bentuk, serahkan pada aplikasi ini. Seperti jam berolahrga pada hari tertentu, mengingatkan untuk menegerjakan side-project dll.
Bisa juga jadi sekedar pengingat saat ada janji hari ini. Sehingga kita tidak lupa lagi apa yang sudah jadi kewajiban. Dan pada saat harus membuat janji, kita bisa melihat jadwal kita hari/minggu/bulan ini. Sehingga tidak bertumpuk atau menggangu kegiatan utama.
Di bagian bawah nanti ada tips untuk memilih toolnya.
Disarankan untuk mengkategorikan catatan/link yang kamu kumpulkan per “proyek” yang ingin kamu lakukan. Contoh saya sedang mengerjakan “sekolah online untuk belajar Koding”. Baik inspirasi design, teknis membuatnya sampai episode podcast menarik saya kumpulkan di bawah kategori yang sama dengan nama #sekolahkoding
.
Jadi saat ingin mengakses hal ini saya bisa mencari dengan kata kunci tersebut atau membuka ‘folder’ dari proyek ini. Saya juga memisahkannya ke subkategori, misalnya #sekolahkoding/marketing
untuk hal-hal yang ingin saya lakukan di bagian marketing. Begitu juga dengan #sekolahkoding/design
untuk kumpulan inspirasi design yang ingin dipakai.
Jika hanya menyimpan, tanpa mengelompokkan dengan baik. Kita akan kesulitan.
Penting untuk menjadwalkan ini! misal seminggu sekali, mengulas note yang baru minggu ini. Saat kamu sudah terbiasa mencatat, masalah berikutnya adalah catatannya sangat banyak!
Mungkin ada kategori yang terlewat yang ingin diperbaiki atau ada catatan yang sebelumnya tidak begitu jelas, mumpung masih “fresh”, bisa kamu kembangkan catatannya dan asosiasikan bagaimana bisa membantu proyek yang kamu kerjakan.
Jika memang ada yang sudah tidak diperlukan atau ternyata tidak relevan, kamu bisa hapus.
Ada banyak aplikasi mencatat. Setiap orang bisa punya aplikasi andalan masing-masing. Hal yang penting diperhatikan:
Nyaman untuk kamu
Jangan karena ada orang populer bilang A, kamu jadi mau pakai A. Rumput tetangga selalu lebih hijau. Perlu untuk mencoba langsung dan merasakan aplikasi mana yang cocok untuk kamu.
Saya pribadi menyarankan untuk yang tidak tergantung dengan device atau bisa diakses dari mana saja dengan internet. Ada Notion, Evernote, Remnote, Mem, dkk. Silahkan rekomendasikan aplikasi yang kamu pakai di kolom komentar. Saya pribadi pakai BearNotes (khusus Mac/iOS).
Bisa offline
Ide atau hal menarik tidak hanya datang pada saat koneksi bagus. Mencari aplikasi yang bisa dipakai saat offline juga penting. Kamu bisa mencari yang bisa keduanya (offline dan online). Atau memindahkan catatan kamu ke online saat ada koneksi internet secara manual.
(Opsional) Sync
Kamu bisa mengakses catatan kamu dengan mudah, baik dari handphone atau saat di depan komputer. Tidak terikat dengan satu device. Ada resiko ketika devicenya rusak, catatan kamu hilang.
Membuat kategori
Aplikasi kamu harus punya fitur untuk membuat kategori. Biasanya dengan memberi ‘tag’/‘hashtag’. Jadi kita bisa mengelompokkan sesuai tema masing-masing. Misalnya catatan keuangan, catatan ide-bisnis, dan lainnya.
Bisa mencari dengan mudah
Harus punya fitus mencari dengan mudah. Kamu bisa melihat semua catatan kamu berdasarkan kata kunci tertentu. Misalnya mengetik “luar negeri”, semua catatan kamu yang ada kata luar negeri nya , entah itu ide kamu untuk jalan-jalan ke luar negeri, riset tentang negara tertentu atau apapun itu, bisa muncul saat dicari.
Hal lain
Ada aplikasi yang mensupport backlink / graph untuk memudahkan kamu membuat koneksi antar catatan secara otomatis. Seperti Roam, Remnote, Obsidian dll. Tapi saya tidak sarankan untuk pemula, karena sejauh ini penggunaannya tidak begitu intuitif yang jadi bisa bikin malas mencatat.
Tujuan dari secondbrain ini bukanlah blog yang bisa dikonsumsi oleh orang lain. Ini adalah catatan pribadi kamu! boleh seprivat mungkin, bukan konsumsi umum.
Tentu saja, catatannya bisa kamu olah dipublikasikan nanti (seperti artikel ini).
Kenapa perlu membedakan ini sebagai catatan privat? karena orang-orang cenderung tidak mau mulai mencatat dengan alasan merasa “tulisannya jelek” atau memikirkan apa kata orang nanti.
Nah sekarang kamu sudah tahu, catatan ini untuk konsumsi kamu pribadi, hal yang bisa membantu kamu, bukan untuk orang lain. Karena itu tidak masalah saat catatan kamu jelek.
Bisa jadi membuat jurnal adalah bagian dari secondbrain. Untuk kamu yang belum tahu berjurnal: Jurnal adalah catatan kamu tentang hari ini.
Seperti rencana, kegiatan yang dilakukan apa saja, apa yang kamu sukai hari ini (yang kamu syukuri), apa yang kamu tidak suka, yang bisa diperbaiki dst..
Istilah jurnal biasanya bersifat lebih ke aktivitas sehari-hari, terikat dengan waktu dan rasa yang kamu alami. (Tentu tidak ada aturan baku).
Sementara second brain, lebih untuk membantu kamu secara umum, termasuk ke dunia pekerjaan/proyek yang kamu hadapi. Dan tidak terikat waktu per hari.
Second brain bukan hanya catatan atau kumpulan link. Ada banyak hal yang bisa menjadi bentuk atau bagian dari second brain. Seperti jurnaling di atas, ada lagi yang lain:
Setiap hari saya membuat di catatan, hal apa saja yang harus saya lakukan hari ini. Sehingga pada saat ada gangguan, saya bisa ingat kembali apa yang sedang dikerjakan.
Contoh To Do List hari ini:
Sederhana bukan? Sebaiknya isi TDL tidak banyak. Fokus apa yang bisa kamu kerjakan hari ini. Di bawah TDL, ini silahkan buat detail yang kamu mau.
Ini adalah hal yang sangat membantu saya saat melakukan pekerjaan berulang. Sebagai contoh merekam video youtube. Sebelum mengguknakan secondbrain saya akan terlewat beberapa hal yang baru ingat ketika sudah mengupload videonya.
Kita bisa membuat sistem untuk aktivitas seperti ini. Contoh.
Sistem Membuat video youtube
Dengan list ini, mulai dari membuat video sampai mempromosikannya, saya tidak akan terlewat lagi step by stepnya. Saya bisa jadikan ini ToDoList yang dicek satu per satu.
Gunakan sistem untuk membuat blog, berolahraga, dll.
Ingat.. ini adalah catatan untuk kamu. Jangan menyembunyikan hal apapun. Jika kamu ingin membuat keputusan, jangan hanya tulis baik-baiknya saja agar terlihat positif. Kamu harus tuangkan kenapa “tidak melakukan ini” atau “apa sisi buruknya”.
Kamu perlu 100% transparan dengan otak keduamu. Sehingga ia bukan hanya “alat pasif” yang sifatnya kamu buat/kamu tulis. Tapi menjadi teman kamu berpikir. Menantang kamu untuk merefleksi, setiap solusi yang mau kamu pakai atau hal yang kamu kerjakan, kamu jadi bisa melihat sisi baik dan buruknya.
Kamu bisa gunakan untuk pelajaran, pekerjaan, proyek sampingan, hobi atau aktivitas apapun!
Apa yang kamu catat hari ini belum tentu selesai hari ini. Izinkan catatan kamu untuk berkembang. Bisa kamu kunjungi lagi, bisa kaitkan dengan catatan lain dan tentunya bisa diperbaiki.
Second brain bukan sekedar tempat mencatat. Tapi proyek-proyek atau problem kamu bisa perlahan terselesaikan dengan asisten berpikir ini.
Ryan Holiday, penulis banyak buku bestseller bertema stoic, pernah menceritakan metode ia saat membaca buku atau melakukan riset, adalah menulisnya ke catatan-catatan kecil. (pulpen + kertas). Lalu menyusun catatannya ini saat akan menulis buku.
Itu dia teman-teman. Salut kalau kamu baca sampai selesai. Jangan sungkan untuk berbagi pengalaman kamu, apa yang sulit, apa yang berhasil kamu kerjakan dalam secondbrain ini di kolom komentar.
Apapun istilah yang ingin kamu berikan untuk hal ini, “mencatat”, “jurnaling” atau “second brain” , semoga ini bisa membantu kamu!
Beri juga saran apa yang bisa saya kembangkan dari catatan ini.
Refrensi:Sering dengar itu? “Sudah.. Detailnya nanti saja..”.
Tidak jarang proyek yang ingin kita kerjakan baik dengan orang lain atau diri sendiri berakhir di tengah jalan. Mungkin kehilangan semangat, sekedar lupa atau alasan lainnya.
Satu hal yang sangat membantu saya mengerjakan sesuatu adalah mendetailkan tugas dan masalahnya.
Sesuatu yang abstrak bikin kita malas untuk menyentuhnya, seakan ada hari esok yang akan datang dan saat sinar matahari muncul, semuanya menjadi terang benderang.
Sayangnya tidak, kamu perlu bangun dan membuat detailnya. Mulai dari detail masalah apa yang mau kamu hadapi sekarang. Dan detail langkah langkah kamu, paling tidak langkah awal. Agar kamu mulai bergerak.
Coret di atas kertas atau pakai aplikasi mencatat tercanggih yang kamu punya. Tuangkan detailnya sejauh mungkin. Agar kamu bisa mulai untuk melangkah.
JIka masih kurang jelas dan masih terlalu berat, bikin lebih detail lagi, sampai ada langkah pertama yang bisa kamu kerjakan.
Jangan terus membiarkan tugas menggantung di kepala, bikin detailnya sekarang.