“Jangan membodohi diri sendiri dan kamu adalah orang yang paling mudah untuk dibodohi” - Richard Feynman.
Mengerjakan sesuatu adalah satu hal, mengambil keputusan untuk hal mana yang mau dikerjakan juga hal yang lain. Salah dalam mengambil keputusan perlu kita kurangi, untuk mendekati hasil yang kita inginkan. Yap yang saya tulis adalah mengurangi, karena kita tidak tahu mana keputusan yang 100% tepat.
Bias kognitif (Cognitive bias) adalah kesalahan dalam cara berpikir yang bikin kita salah dalam mengambil keputusan. Saya akan menjelaskan beberapa dasar penyebab dari bias kognitif ini, sebenarnya ada banyak banget dengan istilah psikologinya masing-masing, tapi seperti biasa, tugas saya adalah membuatnya menjadi kalimat yang mudah untuk kamu cerna, saya tidak akan menuliskan setiap istilah bakunya. Jadi kalau kamu mau mencari referensi bakunya di akhir artikel akan saya pasang link, tapi tidak dibahas satu per satu di sini.
Yang paling jelas adalah “salah dalam mengambil keputusan”. Yang tidak begitu jelas di awal atau kita tidak sadari adalah, kita tidak lagi mendengar pendapat orang dengan serius, kita akan mengambil keputusan hanya berdasarkan informasi yang kita punya (yang cenderung salah).
Kita lebih khawatir naik pesawat, padahal jumlah kecelakaan di darat jauh lebih banyak. Harusnya kita lebih berhati-hati saat berkendara sehari-hari, dibanding saat naik pesawat yang kita bukanlah pilot yang mengontrol. Ini karena informasi bias yang kita terima.
Dunning–Kruger effect
Salah satu efek dari kognitif bias ini disebut sebagai “Duning-Kruger effect” Ketika kita merasa lebih hebat dari orang lain di bidang tertentu padahal sebenarnya tidak. Sebagai contoh setelah saya menonton beberapa pertandingan sepak bola atau melihat tutorial di youtube bagaimana menggocek, menendang, saya akan merasa lebih baik dibanding timnas yang sedang bermain, muncul suara hati, “jagoan gue daripada dia”. padahal tentu saja ini tidak benar.
Ini terjadi karena kita tidak bisa melihat secara keseluruhan kejadian sebenarnya, yang kita lihat hanya hasil pemikiran sendiri di kepala. Saat kita hanya punya sedikit pengetahuan tentang suatu hal, kita berusaha “menantang” orang lain dan merasa lebih baik.
Orang yang menderita dunning-kruger effect ini juga, cenderung tidak bisa menerima kritik dan sulit untuk memperbaiki dirinya sendiri (karena merasa sudah baik)
Arti kata bias sendiri bisa kita terjemahkan ke “kecenderungan”. Seperti yang disindir sebelumnya, ada banyak sekali, langsung saya berikan berbagai contohnya kecenderungan yang membuat kita mengambil keputusan
Informasi pertama
Orang cenderung percaya dengan informasi yang pertama kali diterimanya. Karena itu kita akan mempertanyakan informasi kedua dan ketiga ketika dia berbeda dari yang pertama, sebaliknya kita tidak kritis dengan informasi yang pertama.
Sebagai contoh saat ada info seputar “bumi datar” kita mulai tertarik menggali informasi dan mengkritisi ini, padahal informasi tentang “bumi bulat” pun belum kita buktikan (tenang, saya bukan pasukan flat earth-er), tapi karena kita sudah lama mendengar hal yang pertama, akhirnya hal-hal baru akan menjadi aneh.
Saat ada orang memulai gerakan baru, atau kamu mau membuat sesuatu yang berbeda dari yang lain, suara negatif akan muncul untuk tidak mendukungnya, karena ini adalah informasi asing (berbeda dari yang sebelumnya).
Sudah terlanjur investasi
Mengambil contoh sebelumnya, saat isu bumi datar heboh, kita semangat mencari informasi ini, setelah seharian mengkonsumsinya akhirnya kita cenderung setuju dan mengambil keputusan BUMI ITU DATAR.
Padahal kita belum pernah secara serius menggali apakah BUMI ITU BULAT seserius bumi datar. Tapi karena kita terlanjur berinvestasi ke salah satu informasi, kita ngga lagi mau menerima kalau informasi yang lainnya benar.
Di saat yang sama karena kita sudah punya suatu pendapat, kita akan menghindari mencari sisi negatif dari pendapat yang kita punya. Saat kamu setuju “bumi itu datar”, kamu tidak akan mencari kelemahan/kesalahan argumen di sini, “google search” yang akan kamu lakukan hanya akan mendukung pendapat sebelumnya.
Tidak mencari informasi lain
Sedikit mirip dengan yang sebelumnya, bedanya ini versi yang lebih pasif.
Orang tua baru akan merasa bayinya yang paling imut, dia akan membagikan hampir semua foto tingkah laku bayinnya. Semuanya berpikiran sama.
Kamu merasa masalah kamu yang paling besar
Kamu merasa ide kamu yang terbaik.
Karena kita tidak mencari informasi lain, melihat dari perspektif yang berbeda, kita hanya akan berpendapat pengetahuan kita yang benar.
Pendapat minoritas
Saat sebuah acara selesai dan memasuki sesi tanya jawab, jumlah orang yang tidak mengangkat tangan lebih banyak karena ada magnet, hampir semuanya tidak ada yang berani mulai mengangkat tangan. Berbeda saat pelan-pelan ada satu-dua orang yang berani akhirnya yang lain mulai ikut.
Kita akan dominan pada pendapat mayoritas. Apa yang orang lain, televisi, sosial media dan orang lain bilang akan kita anggap benar, tanpa mengkonfirmasi apakah ini benar-benar hal yang benar atau bukan.
Emosi sesaat
Ini juga sering terjadi, karena ada rasa emosi yang memuncak, kita langsung memutuskan sesuatu. Padahal bisa jadi kalau kita memberi waktu perasaannya hilang, kita bisa lebih rasional.
Kejadian sebelumnya
Saat kita melempar dadu sebanyak tiga kali dan selalu angka “3” yang muncul, kita akan percaya bahwa lemparan dadu ke-4 akan menghasilkan angka “3” lagi, padahal probabilitasnya sama sejak awal, selalu 1:6.
Saat kita mengerjakan sesuatu beberapa kali berhasil, bagian berikutnya kita akan terlena dan tidak lagi berhati-hati karena akan merasa juga pasti berhasil.
Tergoda hasil instan
Makan fast food atau tidak ya malam ini?.. kalau kita memilih berdasarkan hasil instan, kita akan mencari mana yang enak, padahal secara rasional, tentu saja makanan sehat yang harusnya kita pilih, tapi ini hanya akan terlihat di jangka panjang, saat itu ada “hawa nafsu” yang memuncak. Akhirnya kita mengambil keputusan yang salah.
Setelah tahu faktor-faktor yang menyebabkannya. Jadikan itu semua sebagai bahan pertimbangan. Selalu tanyakan ke diri sendiri saat mengambil keputusan penting
-Apakah kamu sudah mencari informasi lain
-Cari tahu kelemahan dari keputusan ini
-Apakah ini hasil instan atau jangka panjang
-Apakah saya ikut pendapat yang lain atau memang ini kesimpulan saya
-dan seterusnya…
Lebih lambat dalam mengambil keputusan kadang menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Selama kamu mengambil keputusan, karena diam juga tidak akan mengantar kita kemana-mana.
Belajar mendengarkan pendapat orang lain dengan serius. Jangan hanya mau didengarkan. Selalu tekan tombol “reset” dengan pengetahuan yang kamu punya sekarang. Tanamkan “kamu bisa salah”, cari tahu mana yang benar, bukan mana yang menurut kamu benar.
Jangan pernah merasa cukup. Yang kamu yakin benar sekarang, bisa jadi karena kamu belum banyak belajar. Selalu cap diri sendiri sebagai seorang pelajar. Edukasi kita tidak berhenti ketika selesai sekolah
Kamu tidak tahu apa yang kamu tidak tahu, sampai kamu tahu
Kalau setelah membaca artikel ini kamu kepikiran tentang seseorang di keluarga atau teman kamu, yang sepertinya hidup di “kognitif bias” ini , kemungkinan besar kamu yang sedang mengalaminya. Kamu kritis terhadap menilai orang lain, tapi tidak ingin menilai diri sendiri :)
Ada banyak sekali bentuk dan tipenya, kamu bisa mencari informasi lebih banyak di beberapa link ini yang juga jadi refrensi artikel ini:
List of cognitive bias - wiki
What is cognitive bias
12 types cognitive bias
Cognitive bias cheat sheet
The many cognitive biases that screw up everything we do
Dunning Krueger effect