Kita punya energi yang terbatas, bahan bakar tenaga ini bisa difokuskan untuk 1. berbuat sesuatu atau 2. khawatir terhadap hal tersebut. Kedua-duanya butuh energi, tapi untuk nomor dua, sering terpakai tanpa sadar.
Epictetus mengatakan “maksimalkan apa yang bisa kamu kendalikan dan terima apapun yang terjadi. Beberapa hal tergantung dengan kita dan beberapa hal tidak tergantung dengan kita”.
“Make the best use of what is in your power, and take the rest as it happens. Some things are up to us and some things are not up to us.”
Jika tidak sadar bahwa ada hal-hal yang di luar kendali, kita memperlakukan semuanya dengan sama. Padahal energinya terbatas, perlu membatasi hanya mengeluarkan energi ini untuk yang bisa dikendalikan, yaitu USAHA. Hasil bukan kita yang menentukan, jangan habiskan waktu, tenaga dan pikiran untuk khawatir secara berlebihan dengan hasil.
Hal-hal yang bisa dikendalikan:
-mengatur waktu kamu (memprioritaskan sesuatu)
-memilih teman yang baik (mencari lingkungan positif)
-menulis, membuat design, membuat program (dan kerjaan lainnya)
-konsumsi makanan/minuman tidak berlebihan
-membantu orang lain
-dst.
Hal-hal yang TIDAK BISA dikendalikan:
-Dipecat atau naik pangkat di perusahaan
-Lamaran diterima atau ditolak (pasangan atau pekerjaan)
-Gagal dalam usaha
-Perkataan dan sikap orang lain
-dll.
Saya yakin ada yang berargumen, “tapi kita bisa mengatur, kalau berusaha kemungkinan karir akan naik, tapi kalau malas-malasan, akan dipecat”. Betul, begitu juga dengan contoh-contoh berikutnya. Tapi perlu digaris bawahi, yang bisa kita atur adalah “usaha kita” dalam bekerja bukan hasil akhirnya.
Kita bisa berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan sesuatu, tapi bukan tidak mungkin, hal yang dikejar bertahun-tahun, hilang begitu saja. Di saat seperti ini, harus sadar, kalau ada hal-hal yang di luar kendali.
Sebagai contoh, kamu rajin membersihkan wajah, tapi ternyata secara genetik dan lingkungan, wajah kamu mudah berjerawat, kamu tidak boleh dan tidak perlu stres, karena stres akan memicu kembali penyakit yang lain. Kamu sudah berusaha membersihkan, kamu boleh belajar dan berusaha lagi, mengatur apa yang bisa dikonsumsi, membersihkan lingkungan dll. Tapi kalau yang terjadi kamu hanya menangis dan stres dengan jerawat yang ada sekarang, ini tidak membantu. Karena “hasil” ini di luar kendali kamu.
Perkataan dan sikap orang lain juga seperti ini, kita bisa berbuat baik ke orang lain, tapi tidak bisa mengendalikan orang lain melakukan hal yang sama. Abdullah Gymnastiar berpesan, hinaan dan pujian semuanya cuma gelombang suara yang sampai ke telinga, tidak ada bedanya. Kenapa kita senang dengan pujian, tapi begitu mudah sedih dengan hinaan? Mahatma Gandhi juga menyampaikan kalau “tidak ada yang bisa menyakiti saya tanpa izin saya”. Artinya ada pilihan, apakah sikap dan perkataan orang lain kita izinkan untuk menyakiti perasaan ini, atau kita hanya menganggapnya seperti suara yang lain, suara yang tidak bisa kita kendalikan.
Rasa khawatir kita terhadap hal-hal yang tidak bisa dikendalikan, sering kali justru menjadi penghalang aktivitas, akhirnya tugas-tugas berikutnya ikut menjadi kacau. Mantan pemain baseball Amerika, Mickey Rivers, punya mantra yang lebih jauh seputar rasa khawatir ini
“Tidak masuk akal untuk khawatir dengan hal yang bisa kamu kendalikan, karena kalau hal itu bisa dikontrol, tidak perlu lagi khawatir. Dan.. tidak masuk akal juga khawatir dengan hal yang tidak bisa kamu kendalikan, karena kalau tidak bisa kamu kontrol, kamu tidak perlu khawatir”
Sudah selesai dengan urusan sebelumnya? silahkan lanjutkan dengan urusan berikutnya, jangan berhenti dan memikirkan hasilnya, itu di luar kendali kamu. Saya sudah selesai dengan tulisan ini, yang bisa saya kendalikan? menulis dan memperbaiki tulisannya. Tugas saya berikutnya adalah menulis lagi, bukan memikirkan apakah orang akan membaca ini atau tidak.