Sering terdengar kalau “saya lagi tidak punya motivasi” sebagai alasan untuk tidak mengerjakan sesuatu. Ada rahasia menarik untuk kamu, lingkungan lebih penting dari motivasi.
Anak orang kaya yang terdidik bisa melakukan tindakan kriminal karena mengikuti ajakan temannya. Sebaliknya seorang anak yang dicap nakal yang tinggal di sekolah berasrama bisa rajin beribadah ketika semua temannya beribadah. Baik atau buruk, lingkungan akan menjadi faktor besar yang menentukan.
Kalau masalah-masalah produktivitas di bagian sebelumnya adalah masalah diri sendiri, kali ini kita akan membahas faktor luar yang jarang dibicarakan, yaitu lingkungan.
Sering kali saya mau bekerja tapi gagal, karena rumah yang berisik atau ada ajakan untuk bermain.
Sering juga saya sedang ingin bermalas-malasan, tapi karena ada panggilan untuk berolahraga, saya menjadi ikut olahraga.
Coba ingat-ingat aktvitas yang kamu lakukan selama ini, apakah sekedar faktor motivasi atau sebenarnya ada dorongan lingkungan?
Kita sering membaca kalau melatih habits alias kebiasaan sangat penting, tapi berapa banyak di antara kita yang gagal membuat sebuah kebiasaan karena faktor lingkungan yang tidak mendukung.
Sebagai contoh kalau kamu ingin diet, yang perlu kamu lakukan, adalah tidak membeli makanan junk food atau snack-snack. Bersihkan rumah kamu dari ini. Dengan membiarkannya di lemari, sama saja kamu menyiapkan lingkunganmu untuk menggoda proses diet.
Saya mengingat juga cerita JK Rowling, saat menulis buku akhir dari seri Harry Potter, dia rela menyewa hotel termahal di negaranya, hanya untuk membuat suasana bekerja yang nyaman, tidak ada gangguan suara anak-anak bermain, meskipun dia bisa menulis dari rumahnya sendiri.
Tempat sakral untuk bekerja, bukan hanya milik dukun (btw, jangan percaya dukun), kamu pun sebagai seorang pekerja harus mempunyai tempat ini. Bisa jadi ada ruangan di rumahmu, yang kamu jadikan tempat bekerja, bisa juga di suatu cafe atau suatu perpustakaan.
Saya dan teman menggunakan perpustakaan saat awal membangun sekolahkoding, kami juga punya hari tertentu setiap minggunya, untuk mulai bekerja di tengah kesibukan perkuliahan. Meskipun hanya 1 hari, pengaturan ini membantu kami untuk bekerja lebih produktif, dibandingkan bertemu setiap hari.
Untuk contoh di tempat makan atau cafe, kita kembali ke penulis Harry Potter, JK Rowling, saat masa awal dalam keadaan sulit, ketika Harry Potter belum ingin diterbitkan oleh siapapun.
Hindari dari membuat tempat ini menjadi tempat “apa saja”, seperti tempat bermain atau tempat makan, usahakan untuk punya satu tempat khusus untuk bekerja dengan serius. Ketika kamu masuk ke ruangan atau duduk di kursi ini, automatis pikiran kamu akan siap untuk bekerja.
Kamu bisa menggunakan “trigger” untuk membantu kamu fokus. Seperti membuat kopi yang sama setiap ingin bekerja, mendengarkan suara yang sama, punya parfum ruangan yang khas, mandi sebelum bekerja dan hal lainnya yang bisa mengingatkan kamu untuk mulai serius bekerja.
Bukan hanya lingkungan di dunia nyata, lingkungan digital kamu pun perlu dibereskan. Setelah membahas sisi horror di sosial media, mulai atur kehidupan digital kamu. Kalau kamu bisa meninggalkan beberapa sosial media, usahakan untuk uninstall atau sengaja melupakan passwordnya. Kalau memang ada sosialmedia yang membantu kehidupan kamu atau bisa menghibur, silahkan, tapi atur waktu penggunannya.
Tentukan siapa yang perlu kamu follow (ikuti). Tidak semua akun perlu kamu follow. Setiap ada konten yang muncul di feed kamu yang menggangu pikiran atau kamu tidak senang, segera unfollow, tidak usaha merasa tidak nyaman atau tidak enak hanya karena dulu dia teman sekolah misalnya, atau dia adalah teman kerja. Sosial media kamu juga mempengaruhi isi pikiran, tentukan siapa yang kamu follow dengan bijak.
Bayangkan kamu bisa mengisi suatu ruangan dengan orang-orang yang kamu senangi, isi ruangan itu dengan orang yang membawa manfaat bukan orang yang kamu cemburu, yang bikin kamu stres dan yang membawa efek negatif lainnya.
Memperhatikan diri sendiri tidak boleh terlewat. Diri kamu juga adalah lingkungan dari berbagai organ dan isi pikiran. Mulai memperbanyak sayur / buah sebagai konsumsi sehari-hari, kurangi makanan berminyak, gula dan bahan yang tidak baik lainnya secara berlebihan. (Silahkan mengikuti anjuran dokter untuk hal ini). Terbiasa memakan makanan tidak sehat berarti kamu sedang berinvestasi untuk berbagai macam penyakit. Kalau kamu sukses, tapi sakit-sakitan untuk apa?
Rutinkan berolahraga, cari partner yang bisa mengajak kamu hidup lebih sehat. Kamu bisa bermain bulu tangkis, bermain futsal atau berlari di pagi hari, terlalu banyak pilihan untuk kamu mencari alasan. Tubuh kita punya hak untuk sehat, berikan haknya.
Saat asyik bekerja pun jangan lupa dengan istirahat. Badan kita sering pegal, leher menjadi tegang karena terlalu lama berada di posisi yang sama, jangan lupa bergerak dan meregangkan persendian kamu saat bekerja. Kenali juga konsep Pomodoro, dimana kita bekerja selama 25 menit, lalu istirahat 5 menit begitu seterusnya. Bekerja fokus sekian menit, tapi jangan lupa istirahat.
Saat kamu punya beban pikiran, jangan biarkan begitu saja, belajar untuk membicarakan masalah kamu, bisa saat berdoa atau menceritakannya ke orang yang kamu percaya. Ringankan isi kepala, belajar menyelesaikan masalah. Hilangkan diri kamu dari berbagai penyakit hati, seperti susah melihat orang senang atau senang melihat orang susah, gampang cemburu dan penyakit lainnya.
Isi pikiran kamu dengan hal positif. Berdoa, agar badan sehat, pikiran sehat, begitu juga dengan hati kamu. Niatkan setiap bekerja sebagai ibadah, agar punya kemampuan finansial lebih atau punya karya yang luar biasa, untuk membantu banyak orang.