Semua lomba-lomba pasang headline “Islam vs NKRI” ini salah satu tema paling ngga bermanfaat yang muncul tahun ini. Cerita patah hati nasional dan internasional cuma jadi remahan cheetos diantara berita ini. Gue ngga ngerti, orangnya mau terkenal atau dapet duit dari iklan websitenya yang bikin berita kaya gini, tanpa mikirin apa dampaknya ke orang-orang. Gue coba ngelihat dari 2 perspektif. (1) Teman muslim (2) teman yg bukan muslim.
Gue bisa paham kenapa teman non-muslim jadi sedikit melihat islam kurang baik akhir-akhir ini, bukan kebetulan, banyak action yang nyata, baik itu dari tindakan-tindakan muslim yang negatif dan sang pembuat berita cantik. Tapi ngga cukup disana, tentu banyak faktor lain.
Islam terus diidentikkan dengan extreme, lebay, banyak aturan, ngga modern, ngga update, ngga toleran dst. Gue ngga begitu tertarik bahas pembuat beritanya (pembuat berita yang gue maksud bukan cuman website berita gede, tapi setiap orang yang buat status negatif dan ngeshare tentunya, entah di twitter, facebooh atau yusup)
Pertanyannya gimana dengan orang muslim? jadi malu dengan islam? jadi ikut share biar dikira toleransi? atau buat teman-teman yang ngga muslim, jadi “oooh.. ternyata ini islam” tanpa pernah ngobrol, nanya-nanya langsung ke muslim yang ada di dunia nyata?
Semua game ini bisa dimainkan oleh siapapun dan agama apapun bisa jadi korbannya. Bukan cuma agama islam, ada loh orang-orang yang emang pikirannya cuma di perut dan bawah perut, sedikitpun ngga peduli dengan orang lain. Orang ini puas banget kalo bisa mancing emosi, kalo ada yang berantem, asal dia jadi populer atau dapet duit.
Nope, ngga ada perintah untuk benci orang non-muslim. NGGA ADA. Di islam sangat simple, kita mengajak dan mengenalkan islam, karena kita yakin ini yang benar. Selebihnya terus berbuat baik, bukan ke siapa aja, tapi ke apa aja! (hewan dan tumbuhan included).
Contoh simple, kalo kita tahu ada dua jalan, 1. jalan bahaya, 2. jalan aman. Apakah kita akan membiarkan teman yang kita sayang ke jalan yang bahaya atau ngajak ke jalan yang aman? tanda kita cinta justru kita ajak ke jalan yang aman, bukan dibiarkan “Ah itu urusan kamu masing-masing, ngga usah dicampuri”.
Yang jelas sama sekali tidak boleh ada paksaan. Semuanya ada di kitab Alqur’an yang kami percaya, yg ngga pernah berubah dari dulu. “tidak ada paksaan dalam beragama”, “bagimu agamamu, bagiku agamaku”.
Ketika ada berita negatif tentang agama apapun itu, hanya karena kita di Indonesia, bukan berarti kita harus langsung mengaitkan “wah jangan mentang-mentang minoritas, jadi islam ngasal kaya gini” No.. terlalu dangkal kalau seperti ini ngelihatnya.
Diskusi, tanyakan, bukan ke orang populer, tapi ke orang yang berilmu di bidangnya, kalau ada asumsi-asumsi beterbangan.
Malu sama islam sekarang? dikira ngga toleran kalo bahas-bahas konten islami? Hmmm.. Bukannya nikmat itu bisa terasa kalau kita sudah berjuang? waktu berjuang bukan dirasakan dengan keadaan aman dan santai. Tapi ketika ada kondisi ngga nyaman. disini waktunya kita berjuang.
Berjuang berantem nih maksudnya bro? ya kali Tong.. Dengan kasih contoh. jadi teladan, bukan status facebooknya tapi aslinya. Senyum ke tetangga, bantu setiap ada orang yang butuh bantuan, belajar yang rajin, jadi orang yang paling berkontribusi di bidangnya. Tunjukkan nilai islamnya, bukan cuma dipelajari.
Bukan dengan tiduran nonton ceramah di yusup, terus klik share, terus ngata-ngatain yang ngga sependapat, terus lanjut tidur lagi, ngga ngapa-ngapain.
Yang kedua, cara menyampaikan. Iyap, gue tahu ada yang menjelek-jelekkan islam, ada yang ngga suka. Terus apakah kita harus marah dan balas yang jelek? Ingat cerita Nabi Muhammad, yang setelah dilempari batu karena berdakwah, malah mendoakan lahir generasi yang baik dari sana, bukan minta kirim azab. Beliau juga rajin menyuapi seorang non-muslim buta yang terus menghina beliau. Tetangganya yang selalu mempermalukan Nabi Muhammad, malah dijenguk ketika sakit.
Mendengar cerita Nabi ketika hidup betapa lembutnya ke keluarga, tetangga dan yang dipimpinnya tanpa peduli apapun agamanya, mestinya dipraktekkan, bukan sekedar ilmu pengetahuan.
Jangan berharap orang mau mendengar pembelaan, nasihat, argumen kita kalau cara menyampaikan dengan mempemalukan orang lain, nyakitin hati atau fisiknya. Ngga akan sampai. Yang dari hati akan sampai ke hati.
JamanNow agama jadi hal yang tabu banget buat diobrolin, saat ini juga kita jadi saling berprasangka satu sama lain, karena ngga ngobrol, karena ngga diskusi, ngga mau lagi konfirmasi berita mana yang benar mana yang salah. Agama apapun itu! Kita jadi asal share, asal setuju ketika ada orang atau website populer berpendapat, bukan masalah benar atau salah, tapi apakah ini memuaskan /membenarkan pendapat kita sebelumnya atau ngga. Kita ngga peduli perspetktif apalagi perasaan orang lain.
Kita jadi malu, agama jadi bersifat pribadi. Padahal ya kalo kita yakin ini benar terus jadi disimpan sendiri? bodo amat orang lain?
Beda pendapat itu normal sekali, yang ngga boleh itu, maksa orang lain ngerti dan percaya pendapat kita. Jauhi orang-orang / konten-konten yang cuma bikin panas. Jauhi debat kusir, walaupun kita di posisi benar.
Ada orang-orang yang belum tahu, kita kasih tahu. Tapi ada juga orang yang ngga mau tahu, dia ngga peduli, nah percuma kita debat ke orang kaya gini. Ngga nyampe nyampe om keretanya.
Fokus bantu orang lain di dunia nyata, kasih contoh ‘Berbuat baik’ itu apa sih.
Apa kita ngga mau di Indonesia, kita bisa diskusi dengan santai dan tenang seputar apapun, termasuk agama, bukan malu jadi diam dan bukan dengan emosi jadi teriak. Kita bisa jadi fokus saling bantu menyelesaikan masalah orang lain sambil ngopi-ngopi
Salam olahraga!