Siapa pemeran utamanya?

Aktor atau Pemeran (Menurut KBBI) adalah Orang yang memerankan sesuatu dalam film, sandiwara;

DAN definisi kedua: Orang yang menjalankan peranan tertentu dalam suatu peristiwa;

Kalau setiap hidup kita adalah peristiwa.. siapa sebenarnya pemeran utama di dunia ini ?.. dunia yang seperti film singkat tanpa tahu kapan episode terakhirnya.

Kembali ke pertanyaan sebelumnya.. “siapa sebenarnya pemeran utama di kehidupan kita?” orang-orang hebat seperti Bill Gates? Elon Musk? atau jawaban yang cukup klise.. yaitu diri kita sendiri? Saya yakin dalam hati kita semua setuju dengan jawaban kedua.. yaitu pemeran utamanya adalah diri kita masing-masing.

Kalau setiap dari kita adalah pemeran utama… (lebih dari satu?)

Mungkin memang tidak ada pemeran utama di dunia nyata.

Atau lebih tepatnya.. analogi film tidak bisa kita gunakan untuk kehidupan asli ini.

Dengan begitu.. Kita bisa berhenti memperlakukan diri sendiri sebagai seorang aktor utama..

dimana kehidupan pemeran lain hanya bumbu tambahan alias tidak begitu penting selama aktor utamanya bisa menyelesaikan misi dan dikagumi oleh semua penonton.

Kita sering melihat orang lain sebatas “pemain figuran” dimana jatah dialognya hanya satu baris kalimat. Tidak berkontribusi banyak di adegan apalagi keseluruhan film. Selama dia bilang “terima kasih” kalau kita berbuat baik.. atau dia “minta maaf” saat berbuat salah.. tugasnya selesai.. hanya satu kalimat.

Saat kita bertanya “apa kabar”.. kita tidak lagi benar-benar bertanya apa kabarnya.. ini hanya kalimat pembuka sebelum kita mulai berbicara. Lihat handphone kamu.. saat kamu butuh sesuatu kamu mulai chat seseorang dengan bertanya “apa kabar”.. kalau dia tidak menjawab.. itu bukan masalah.. selama yang kamu butuhkan bisa tersampaikan setelah pembuka tadi.

Berapa kali kita kesal dengan seseorang karena satu kesalahannya tanpa tertarik bertanya

“apakah kamu sedang punya masalah hari ini?”. Hal sebaliknya.. saat kita melakukan kesalahan, kita akan berbisik dalam hati kalau “orang lain tidak mengerti apa yang kamu sedang alami”. Sifat egois yang kita biarkan tumbuh bebas di dalam hati.

Pandangan kita tertutup dengan masalah pribadi, dengan egois kita memberi aturan.. orang lain harus mengerti kamu, tanpa kamu perlu memberi effort(usaha) untuk mengerti orang lain. Kamu boleh marah saat orang lain berbuat salah.. tapi orang lain tidak boleh, karena kamu akan sedih kalau dimarahi (cup cup anak mami).

Saat kamu selesai membayar kasir di minimarket/supermarket misalnya.. apakah kamu benar-benar menatap mata kasirnya dan bilang terimakasih? atau buru-buru kembali ke kendaraan berpikir “kita hanya orang ke sekian yang dilayani.. tidak begitu penting” Hal yang sama saat kamu mengisi bensin.. membayar tukang parkir.. berbicara ke asisten rumah tangga.. dan ke orang-orang lainnya. Sudahkah kamu berpikir kalau mereka juga pemeran utama? Mereka juga berpikir hal yang sama seperti kamu, punya perasaan, bisa tersinggung dan senang ketika dihargai.

Bagaimana dengan bersikap ke orang populer? Kita boleh membicarakan hal jelek tentang orang populer.. boleh membicarakan kehidupan rumah tangganya.. kondisi karirnya.. dan seluruh kehidupannya karena orang populer tidak punya perasaan, mereka sudah punya banyak uang, mereka tidak punya masalah berarti. Oh.. untung ada internet, dengan mudah kita bisa menghakimi setiap aksinya.. setiap postingannya.. karena kita tahu kesulitan yang mereka lewati.. karena kita tahu perjuangan mereka dari awal.. kita boleh memperlakukan mereka sebatas objek hiburan. Kita cari kesalahan terkecil, koreksi yang kurang dan beri nasihat di depan umum.. karena dengan begitu mereka akan langsung berubah. NO…. orang populer pun manusia! yang hidup dari awal dan berjuang sampai sekarang. atas dasar apa kita bisa memperlakukan mereka seenaknya?

Beberapa orang bisa berada di tempat yang sama, tapi punya perjalanan dan cerita yang jauh berbeda. Mengasumsikan cerita kamu sama dengan cerita orang lain adalah omong kosong. Menganggap kamu tidak perlu mendengar cerita lain jelas kesalahan besar. Kita selalu melewati dialog mereka.. yang paling penting kita berbicara.. kita didengar.

Sebelum kamu menghakimi seseorang, belajar BERTANYA. tanyakan kenapa bersikap seperti itu. mungkin mereka sedang punya masalah yang disembunyikan atau yang mereka lakukan adalah hasil pertimbangan matang yang belum bisa kita lihat.

Bertanya pun ada adabnya. Kita tidak bisa asal bertanya tanpa memikirkan perasaan lawan bicara. Bertanya “kapan menikah?”.. “kapan punya anak?”.. “bagaimana bisnisnya berjalan?” “kenapa kamu gemukan atau kurusan” dan pertanyaan pertanyaan lain yang bersifat pribadi, pastikan kamu saring terlebih dahulu. Bikin lembaga sensor di kepala kamu. Kalau belum lulus sensor.. jangan bilang dulu.

Kalau memang penting untuk kamu ketahui atau ada yang bisa kamu bantu, silahkan tanyakan secara pribadi, tidak mempermalukannya di depan umum, baik online dengan bertanya di grup atau saat sedang berkumpul ramai.. HINDARI MELAKUKAN INI. Seringkali pertanyaan yang menurut kita biasa atau sekedar basa-basi, bisa membuat orang lain sangat tesinggung dan sedih.

Ini sesuatu yang sangat real, di dunia maya dan dunia nyata.. kamu pelakunya.. saya juga pelakunya.

Pastikan kamu punya waktu untuk merenung malam ini, mulai belajar berinteraksi dengan baik ke orang lain. Belajar mendengar lebih banyak, bertanya alasan orang lain, tidak lagi mudah berasumsi.. berpikir satu pihak dan mencap kehidupannya.

Sering kali kita merasa benar, karena banyak orang lain juga melakukannya. Ingat.. banyak belum tentu benar. Hanya karena kamu punya banyak “yes man” bukan berarti kamu berada di pihak yang benar.

Belajar ringankan hati dan lidah untuk meminta maaf kalau kamu sudah menyinggung orang.. dan juga mudah berterimakasih dengan senyum dan tatapan mata.. bukan formalitas. Kalau kamu bertanya kabar.. bukan lagi untuk kalimat pembuka.. tapi benar benar bertanya apa kabarnya. Apakah ada yang bisa kamu bantu.


---

Wed Aug 14, 2019, #
Mau email kalau ada info menarik? klik ini.