Belajar untuk punya waktu sendiri

Saat bangun tadi, apakah kamu secara automatis mencari smartphone? . Sebelum tidur pun mungkin ini hal terakhir yang dipegang, sebelum meletakkannya di tempat yang dekat dari jangkauan, agar setiap ada bunyi notifikasi, bisa segera membaca pesannya. Meskipun hanya pesan grup, meskipun hanya informasi umum yang kamu tidak perlu tahu.

Di smartphone ada banyak hal menarik, 2 peringkat teratas ada game online dan sosial media. Dengan game online, bisa bermain kapan saja dengan teman. Dengan sosial media, bisa selalu mengintip apa aktivitas mereka saat ini. Semuanya bisa dilakukan saat sedang di rumah, saat sedang sendiri. Hmmm.. tapi tidak adil kalau saya hanya menyebutkan kedua hal tadi, dengan smartphone juga kita bisa memantau pekerjaan, bahkan melakukan pekerjaan itu sendiri. Tidak ada lagi rasa sepi yang datang, kita bisa terhubung kapan saja dengan siapa saja.

Rasa Sepi

Bagaimana? apakah kamu setuju dengan pernyataan “Tidak ada lagi rasa sepi yang datang” ?.

Saya merasa justru sebaliknya. Dibandingkan dulu, rasa sepi justru lebih sering hadir. Teknologi bisa menyelesaikan beberapa masalah, tapi tidak dengan hubungan langsung antar manusia. Saya masih ingat, saat masih kecil bermain kelereng dimanapun ada tanah, atau bermain tanpa alat sekalipun bisa, asal jumlah orangnya cukup, mulai dari main benteng, petakumpet, kejar-kejaran dan segudang permainan lainnya. Saat berlibur dengan keluarga pun, jauh terasa lebih nikmat, ketika harus pergi ke tempat di mana koneksi internet dan sinyal susah didapatkan.

Sayangnya, semakin tua, kita punya banyak alasan tidak bisa berkumpul seperti dulu lagi. Masing-masing punya kesibukan, pekerjaan, istri, anak atau sudah punya kelompok sendiri. Mengatur waktu untuk bertemu sudah sulit, di sinilah teknologi hadir, membantu kita berkomunikasi, meskipun tidak sempat bertemu langsung. Dalam beberapa kasus, seperti tentara yang sedang berjuang di luar, pelajar yang menuntun ilmu di negeri lain, teknologi bisa jadi satu-satunya solusi.

Masalah hadir, ketika kita bergantung dengan smartphone (teknologi) ini. Magnet yang dibentuk terlalu kuat, kita tidak lagi berpisah dengan smartphone. Kita lupa, ada satu orang lagi yang selama ini belum terhubung baik dengan dia.. yaitu diri kita sendiri.

Kita butuh koneksi

Bukan hanya orang lain yang butuh perhatian, kamu juga. Kita terlalu bersatu dengan diri ini, sampai kita lupa, diri ini juga manusia, yang butuh koneksi.

Prediksi orang dulu, di mana dengan teknologi kita bisa hidup lebih santai, sepertinya jauh dari kenyataan. Manusia justru terlihat semakin sibuk, semakin tidak bisa berkonsentrasi dan semakin mudah khawatir dengan banyak hal.

Kita bisa memberi orang lain saran, ketika dia sudah bercerita tentang masalahnya. Bagaimana mungkin kita bisa berhenti stress, ketika kita sendiri tidak berani bercerita atau memikirkan masalah yang kita hadapi sekarang ke diri sendiri. Kita lebih senang menghindari masalah, biarkan semuanya berlalu, tidak memikirkan, bahwa dia bisa menjadi tumpukan bom yang siap meledak suatu saat nanti.

Kita takut sendiri

Saat masih kecil, saya takut sendiri, alasannya terlalu banyak menonton dan mendengar cerita seram. Saat ini berbeda, saya takut sendiri karena harus berhadapan dengan pikiran saya sendiri. Saat sendiri, saya perlu menghadapi masalah yang ada di kepala, saya perlu memikirkan masalah finansial, keluarga, pekerjaan, dan banyak hal lagi.

Padahal hal-hal tadi selama ini pun sudah terjadi, kita membohongi diri sendiri, dengan pura-pura tidak melihatnya. Kita bersembunyi, berharap ada orang lain yang mengerti diri kita sendiri, dan bisa menyelesaikan masalahnya. Bukankah Tuhan tidak akan merubah nasib kita, sampai kita berusaha untuk merubahnya?

Tidak punya teman

Faktor lain, kita ingin terlihat sibuk, menerima banyak pekerjaan, selalu berkumpul setiap ada kesempatan, terlepas penting atau tidak, kita takut dikatakan “tidak punya teman”, kita takut dengan stigma orang lain, kalau kita penyendiri dan tidak pandai bergaul.

Saya termasuk orang yang tidak begitu senang mengunggah aktivitas dunia nyata saya di sosial media. Di dunia nyata, saya punya banyak teman dekat yang kami bisa menghabiskan waktu selama mungkin tanpa ada rasa bosan, tanpa perlu orang lain tahu. Saya juga bergabung di beberapa komunitas dan terus memperluas koneksi. Sebaliknya, ada orang yang sangat memaksakan ingin terlihat punya banyak teman, ketika mereka hanya berbicara saat ingin foto bersama.

Kita takut saat sedang tidak bergabung ke acara tertentu atau saat tidak mengunggahnya di sosial media, orang lain akan bilang “kita tidak punya teman”. Ada satu rahasia, ini sebenarnya hanya di kepala kamu saja, orang lain punya banyak masalah, mereka tidak punya banyak waktu, untuk memikirkan kamu 24 jam. Kamu terlalu berlebihan memikirkan ini.

Belajar Sendiri

Yang saya maksud, bukan hidup menjomblo selamanya atau tidak mau lagi berteman. Jauh dari itu. Yang saya tawarkan di sini, adalah mulai mengosongkan jadwal kamu yang luar biasa padat, termasuk jadwal yang tidak tertulis, yaitu jadwal bermain game online dan sosial media, mulai kosongkan jadwal tersebut, gunakan untuk “waktu sendiri”.

Waktu sendiri adalah waktu di mana kita berdua dengan diri ini, kita curhat tanpa ada batasan, siapa lagi yang mengenal diri ini, selain kita sendiri? Sampaikan masalah apa yang kamu punya, hal apa yang ingin kamu lakukan, apa cita-cita kamu sebenarnya, dan pertanyaan-pertanyaan kritis lainnya, yang selalu kita hindari. Atau yang tanpa sadar, tidak kita tanyakan karena koneksi tanpa henti dengan orang lain, di dunia nyata dan maya, sampai lupa dengan diri sendiri.

Kalau bingung memulainya, mulai hari ini. Kosongkan 10 menit saja malam ini, cari tempat yang sepi, mulai mengulas apa saja yang terjadi hari ini dengan kamu, apa hal yang kamu senangi, kenapa? siapa orang-orang yang bikin kamu senang hari ini, kenapa? mulai dari hal-hal positif ini.

Sampai beberapa kali, ketika diri kamu bukan lagi orang asing, kamu bisa mulai membicarakan hal negatif yang terjadi. Seperti kejadian apa hari ini yang membuat kamu tidak nyaman? bagaimana kamu bisa menyelesaikan masalahnya? Kenapa kamu marah dan hal lainnya.

Setelah kamu nyaman membicarakan hal positif ataupun negatif, kamu bisa membuat lingkup obrolanya lebih luas, seperti kalau kamu punya pasangan, sifat seperti apa yang kamu inginkan, atau apa cita-cita kamu sebenarnya selama ini, bagaimana kamu bisa mengkongkritkan ke langkah-langkah kecil dan mulai merealisasikannya.

Hal menariknya, bukan hanya diri kamu yang merasakan, dengan punya waktu sendiri, kamu bisa belajar berpikir lebih jernih, bisa melihat jelas kebaikan sesesorang dan memaklumi kesalahannya. Dengan melihat dari sudut pandang yang jauh, kamu bisa lebih bersyukur dengan hal-hal yang kamu dapatkan, tidak lagi mudah mengeluh untuk hal kecil.

Dengan membiarkan semua hal terjadi begitu saja, kamu akan sedikit bersyukur, tidak merenungkan kalau teman, keluarga dan setiap kejadian kecil adalah pemberian Tuhan yang luar biasa.

Kamu butuh waktu ini, belajar untuk sendiri.


---

Tue Jan 14, 2020, #kesehatan-mental
Mau email kalau ada info menarik? klik ini.