Beberapa hari yang lalu saya mendapat testimoni di instagram dari teman-teman yang belajar di sekolahkoding (tempat saya mengajar) bentuk terima kasih karena berhasil mendapatkan pekerjaan. Selain karena senang, testimoni ini juga saya share agar yang lain bisa melihat kalau orang yang serius bisa mengejar pekerjaan impiannya.
Butuh waktu dua hari sampai saya sadar, kalau hal ini bikin saya terus kembali ke instagram, yang sebelumnya tidak begitu aktif. Yap, saya juga punya FOMO (Fear of missing out), takut ketinggalan sesuatu, bukan cuma kamu. Saya mulai research semakin banyak tentang sosial media dan sayang untuk saya simpan sendiri, dari sanalah saya menulis artikel ini.
Sisi lain yang tidak terpikirkan dari sosial media, diceritakan oleh Tristan Harris, ada ratusan orang atau lebih (engineer, designer dan psikolog) yang khusus bekerja mempelajari kebiasaan kita di internet, tujuannya tidak lain tidak bukan biar kita terus kembali menggunakan aplikasinya.
Kenapa harus menggunakan aplikasinya? mereka mendapat uang dari memasang iklan dari perusahaan-perusahaan besar yang pagi dan malam mencari perhatian konsumer. Sah-sah saja tentunya untuk kedua pihak, tapi bagaimana dengan nasib kamu sebagai pengguna aplikasi?
Setiap menghabiskan waktu di internet (sosmed) kita mengeluarkan mata uang “perhatian”, mata uang ini yang seharusnya kita gunakan untuk bekerja, belajar dan berinteraksi dengan manusia di kehidupan nyata, kita habiskan mata uang ini di dunia maya.
Bukan cuma satu aplikasi! ada banyak aplikasi yang setiap hari berebut mendapatkan perhatian kamu, lewat notifikasi, newsfeed dan segala teknik lainnya bikin kembali dan kembali lagi ke aplikasinya.
Kamu pernah duduk berjam-jam belajar atau bekerja? tapi ngga ada yang selesai? Padahal sebagian orang bisa menyelesaikannya dengan waktu yang jauh lebih singkat.
Dari buku “Deep Work” nya Cal Newport, skill “bekerja dengan fokus” adalah skill yang sangat langka sekarang. Ini seperti kekuatan super yang hanya beberapa orang punya, Kamu bisa menyelesaikan masalah pekerjaan sampai ke akar atau belajar dengan sangat dalam hanya kalau “dengan fokus”.
Artinya, tidak bekerja sambil ngobrol, sambil multitasking atau yang lagi kita bahas, sambil terus ngecek sosial media. Waktu kita hidup cuma sedikit, lebih sedikit lagi kalau terus dipakai di sosialmedia. Tanpa sadar, nanti kita tua dan bingung belum ada hal berarti yang dilakukan.
Pernah melihat seorang influencer dengan captionnya “baru bangun nih..” yang sudah penuh dengan makeup dan kopi di sampingnya (kopinya udah jadi bosku! padahal baru bangun!).
Itu hanya contoh kecil, bergonta-ganti pakaian atau kendaraan setiap hari, ada banyak kehidupan yang jelas tidak sesuai dengan realita yang dipamerkan orang-orang, seakan-akan semuanya normal.
Yang berbahaya? untuk yang tidak bisa melakukan hal yang sama, akan jadi tidak percaya diri, merasa hidupnya tidak penting, jadi stress, jadi depresi.
Sayangnya stress ngga bikin orang berhenti membuka sosmed, sebaliknya, dia (kamu juga!) terusss membuka dan membandingkan dirinya dengan orang lain, dengan kehidupan palsu yang belum tentu membawa bahagia.
Jangan heran kalau orang jadi ngga takut mengutang, memaksakan diri untuk membeli sesuatu (jumlah yang banyak atau harga yang mahal) demi melakukan hal sama.
“Kita beli barang yang kita ngga butuh Dengan uang yang kita ngga punya Untuk membuat kagum orang yang kita ngga suka” ~ Fight Club
Influencer dilayangkan ke orang-orang yang punya follower banyak, apapun yang mereka lakukan. Saya harap teman-teman yang mendapat sebutan influencer, punya tanggung jawab moral untuk masalah ini. Sebelum warganet emosi, tenang, saya tidak mengeneralisir semua influencer.
Penelitian menyebutkan kalau rasa puas yang kita dapatkan saat mengumumkan sesuatu hampir sama dengan rasa puas saat sudah mengerjakannya. Apa yang terjadi? kalau belum apa-apa kita udah mengumumkan sesuatu, motivasi atau semangat kita untuk ngerjain hal itu jadi hilang, karena pujian instannya sudah didapatkan.
Kamu memang bisa dapat rasa puas dan senang sesaat, akhirnya terus kembali ke sosial media, terdengar familiar? yap, sama seperti pecandu narkoba, pornografi dll.
Saya yakin udah sering dengar, waktu kamu yang harusnya untuk keluarga dan teman hanya omong kosong, ngumpul tapi semua perhatian ada di handphone.
Tanyakan untuk apa kamu di sosialmedia, kalau tidak ada kebutuhan, lebih baik keluar dari sini! Kalau memang perlu, perhatikan siapa yang kamu follow, orang yang kamu follow akan jadi pengaruh besar di kehidupanmu. Berhenti follow yang bikin kamu stress (yang bertarung masalah politik atau suka pamer). Secara umum habiskan waktu SANGAT SEDIKIT dengan sosial media.
Airplane Mode
Kamu punya tugas! pasang smartphonemu di “mode pesawat terbang” sampai tugas utama kamu selesai hari itu. Orang-orang ngga perlu tahu kamu ngerjain apa, minum kopi apa, lagi dimana. Selesaikan tugasmu dulu! sebelum kembali ke sosial media.
Jadwalkan
Saya menggunakan “tweetdeck” untuk ngetweet, bisa apa saja toolnya, yang jelas bisa menjadwalkan. Terutama kamu yang punya bisnis, saya tahu kamu harus promosi, kamu bisa bikin promosinya di saat kerjaan sudah selesai, gunakan tool seperti hootsuite atau buffer yang bisa menjadwalkan post mu sampai seminggu atau sebulan. Tidak perlu real time!
Jauh lebih baik bekerja dengan “batching” atau menyatukan semua tugas yang sama di waktu yang sama. Mengurangi kehilangan konsentrasi kalau harus berganti-ganti aktivitas.
Deactivate dan Uninstall
Kalau kamu ngga butuh sosial media jangan paksakan! percaya, ada banyak hal nyata yang bisa kamu lakukan, kamu bisa berkarya yang luar biasa dengan tidak di sosial media. Tidak di sosial media bukan berarti tidak gaul, tapi kamu punya sesuatu yang lebih penting di dunia nyata. Uninstall aplikasinya, kalau perlu diaktivasi akun kamu.
Kamu selalu bisa subscribe via email untuk berita yang penting (dari web atau blog favoritmu). Untuk tahu kabar teman atau keluargamu? kamu bisa ketemu langsung :)
Baca juga: Siapa yang kamu follow