Mengurangi pilihan dan berani bilang tidak

Marie Kondo, seorang konsultan asal Jepang untuk mengorganisasikan barang-barang, pertama kali akan menyarankan kliennya untuk mengumpulkan semua barang yang dipunya, agar kliennya melihat betapa banyak hal-hal yang dia miliki sekarang, sebelum nanti meminta mereka untuk mengeliminasi, baik itu didonasikan atau dijual agar kepemilikannya bisa berkurang.

Saya mau mengajak kamu, sebelum mulai memasang banyak target baru (atau satu Prioritas), lihat dulu apa yang kamu “punya” sekarang, coba tuliskan kegiatan apa saja yang kamu ikuti, organisasi, pekerjaan atau komunitas. Hal-hal apa saja yang mengambil banyak waktu dan pikiran kamu. Bisa jadi memang kita sudah menentukan satu prioritas, tapi karena punya banyak kegiatan sebelumnya, tanpa terasa kita hanya menumpuk satu tugas baru.

Jangan berpikir atau membaca bagian ini sambil melakukan kegiatan lain, pastikan kamu memang sedang fokus. Coba jujur dengan diri sendiri, kegiatan apa yang memakan banyak waktu kamu, tapi sebenarnya tidak mendukung produktivitas atau membantu kamu satu langkah lebih dekat dengan tujuan, kalau perlu tuliskan di kertas.

Sama seperti Marie Kondo mengajak kliennya, saya mau kamu merenungkan, apakah semua kegiatan ini perlu? atau sebenarnya ada yang bisa kamu tinggalkan? Kamu yang menentukan, setiap orang berbeda, tergantung tujuan. Bukan hanya, kegiatan, pikirkan juga, apakah kamu selama ini sering nongkrong tidak jelas, hanya karena “tidak enak” menolak ajakan teman? akhirnya ikut bermain berjam-jam membuang banyak waktu yang sangat kamu butuhkan.

Kurangi jumlah pilihan

Mark Zuckerberg, pembuat sosial media Facebook dan beberapa orang sukses lain sering terlihat hanya menggunakan satu warna baju yang sama. Alasannya? mereka tidak mau membebani pikiran dengan hal-hal yang tidak penting. Kalau kamu punya macam banyak baju, kamu akan berpikir setiap ingin keluar, baju mana yang cocok, berbeda ketika pilihan hanya ada satu, pasti akan memakai baju tersebut. Ini juga terlihat ketika adanya layanan antar jemput makanan, tidak sedikit dari kita yang pusing, dibanjiri begitu banyak pilihan, akhirnya menghabiskan waktu di depan layar, mana yang harus dipesan.

Dengan mengurangi kegiatan yang tidak penting, kamu mengurangi juga beban pikiran untuk memilih. Ini bukan hal sepele, karena energi terbatas untuk berpikir apalagi melakukan aktivitasnya. Mulai hapus jadwal-jadwal yang tidak mendukung tujuan, termasuk aktivitas yang kamu sudah “terlanjur berinvestasi”.

Banyak dari kita yang melanjutkan kegiatan hanya karena sudah berinvestasi. Sebagai contoh, anggap saja saya sedang kursus bahasa Korea karena pernah demam film korea, setelah 2 atau 3 bulan, saya tidak merasakan manfaat ikut kursus tersebut, akhirnya kursus ini hanya memenuhi jadwal dan membuat saya lelah, tapi karena saya sudah berinvestasi (membayar kursusnya), saya tetap memaksakan ikut, padahal yang perlu dilakukan sebenarnya adalah mengELIMINASI kegiatan ini, agar punya waktu yang lebih banyak.

Kata kunci di bagian ini adalah “Eliminiasi”, jangan takut untuk menghapus kegiatan atau “teman” yang tidak membuat kamu lebih baik. Jangan hanya memikirkan karena sudah terlanjur, tapi pikirkan kalau kamu menghapus hal tersebut, kamu akan punya ruang waktu dan energi yang bisa ditambahkan untuk prioritas sebenarnya.

Saya sering membuat website yang pada akhirnya saya tinggalkan, karena merasa website tersebut tidak berjalan sesuai yang saya inginkan, kalau memikirkan waktu yang sudah saya pakai, tentu sayang, saya akan terus memelihara websitenya, tapi saya perlu berpikir, kalau saya meninggalkannya, ada hal lain yang bisa saya kerjakan.

Begitu juga jika kamu punya usaha, tapi usaha ini tidak berjalan dengan baik, perhitungkan juga “biaya” yang perlu keluar untuk tetap melanjutkan usaha ini dibanding dengan kamu berani mengELIMINASInya dan membuat sesuatu yang baru.

Belajar bilang tidak

Budaya yang paling populer di Indonesia adalah budaya “tidak enakan”, sulit untuk menolak ajakan orang untuk bertemu, menolak membeli dari sales dan ajakan-ajakan lainnya, termasuk dari diri sendiri, kita cenderung hanya ingin memuaskan nafsu, nonton sebanyak-banyaknya, main selama-lamanya, menghindari tugas yang penting, tidak nyaman untuk menolaknya.

Kamu yang bertanggung jawab untuk diri sendiri, bukan orang yang mengajak main atau dosen kampus tempat belajar, kamu juga yang akan merasakan hasil ketika mengerjakan sesuatu dengan serius, bukan orang lain.

Kalau punya usaha yang berbentuk jasa, dan terus menerima klien yang banyak protes tapi bayarannya murah, mulai pecat klien seperti ini, berani menolak, berani bilang tidak. Semua saran dari para penerima jasa yang berhasil adalah berani mencari klien berkualitas tinggi, klien yang bisa menghargai karya kamu dan juga berani membayar mahal. High Quality (HQ) klien, akan merekomendasikan kamu ke high quality klien berikutnya.

Untuk membantu kamu terus lebih dekat dengan target, berikan ruang bernapas untuk diri kamu, fokuskan energi ke satu hal penting, dengan menolak hal lain yang tidak berhubungan dan mengeliminasi walaupun sudah terlanjur berinvestasi.

*Artikel ini adalah bagian dari seri masalah produktivitas


---

Mon Apr 13, 2020, #kerja
Mau email kalau ada info menarik? klik ini.