Tidak tahu apa yang kamu inginkan

Mengetahui siapa lawan dan strategi mereka menjadi keuntungan besar saat kamu sedang berperang .Kita akan mulai dengan mengenal musuh-musuh diri ini dari mengejar produktivitas.

Tidak ada target yang jelas

Ada sebuah cerita yang entah siapa pengarangnya, kisah ketika seorang investor bertemu dengan nelayan di sebuah desa.

Investor : Pa sudah berapa lama kamu mencari ikan?
Nelayan : Sudah dari kecil Mas, sudah puluhan tahun.
Investor : Bapak, kenapa duduk-duduk aja di perahu, kenapa ngga ke laut sekarang, mulai kerja?
Nelayan : Ya, saya mau menikmati hidup Mas. Hidup jangan kerja terus. Kita boleh istirahat, bekerja sesuai keperluan, bawa pulang makanan dan bisa kembali main dengan anak dan istri.
Investor : Kalau begitu bapak harus kerja yang banyak sekarang!
Nelayan : Kenapa?
Investor : Makin Bapak kerja, semakin banyak uangnya.
Nelayan : Terus ?
Investor : Kalau uang bapak sudah banyak, nanti bisa beli perahu baru.
Nelayan : Untuk apa perahu baru?
Investor : Biar bisa disewakan ke orang lain Pa, nanti orang lain kerja, bapak tinggal mengawasi.
Nelayan : Terus?
Investor : Semakin banyak yang kerja, uangnya semakin banyak, bisa beli perahu-perahu yang lebih besar, nanti tangkap ikan bisa lebih jauh, jadi lebih banyak lagi uangnya.
Nelayan : Terus?
Investor : Kalau uang bapak sudah banyak, Bapak bisa duduk-duduk manis di perahu, bisa menikmati hidup, tidak harus kerja terus, bisa istirahat, kerja sesuai keperluan, bawa pulang makanan dan bisa main sama anak-istri.
Nelayan : Oooh.. seperti sekarang ya?
Investor : … (dalam hati*.. benar juga).

Kita tidak jauh berbeda dengan zombie, hanya berjalan ramai-ramai mencari makanan, tanpa berpikir tentang tujuan sebenarnya. Merasa perlu melalu semua tahapan pendidikan yang sudah dirancang oleh orang lain, SD, SMP, SMA, kuliah S1, S2 , cari kerja, kumpul uang dan pensiun, pindah dari satu aktivitas ke aktivitas berikutnya.

Musuh pertama dari produktivitas adalah kita tidak punya definisi yang jelas tentang apa yang kita inginkan sebenarnya, baik dari skala besar ataupun skala kecil.

Sebagai contoh, kamu ingin ikut les bahasa inggris, setelah beberapa lama, rasa-rasanya bahasa inggris kamu tidak berkembang. Kamu punya pertanyaan yang lebih penting untuk dijawab, yaitu “kenapa kamu mau belajar bahasa inggris ?” . Mau tinggal di luar negeri? mau berkuliah di Amerika? Mau bisa membaca buku atau menonton film luar tanpa translasi?. Definisikan apa yang sebenarnya kamu inginkan.

Dalam skala kecilnya, saat kamu sudah sepakat dengan diri sendiri untuk bisa berbahasa Inggris, banyak yang buru-buru membuat jadwal, harus belajar 2 jam sehari, atau harus les 3 kali seminggu. Ini memang langkah kongrit, tapi perlu definisi yang bisa diukur hasilnya. Misal: Bisa berbicara dengan bule selama 15 menit, atau bisa membaca buku tanpa melihat google translate.

Punya target yang terdefinisi dengan jelas selain mengingatkan dan memberi semangat, akan membantu kamu berjalan di jalan yang tepat, sebagai tolak ukur dari setiap anak tangga yang mau kamu naiki.

Target Pendapatan Bulanan

Hidup produktif juga bisa membantu kamu mencapai TMI atau target monthly income (target pendapatan bulanan). Saya pun kaget, mendengar istilah ini, ternyata kita perlu punya TMI tersebut. Sebisa mungkin tentukan TMI yang dimau dan berusaha untuk itu.

Sangat berhati-hati dengan masalah millenial sekarang yaitu BPJS -> “Biaya pas-pasan jiwa sosialita”, pengeluarannya luar biasa banyak, yang paling penting tampil banyak uang.

Definsi banyak dan sedikit setiap orang berbeda, yang menentukan kamu sendiri, berapa sebenarnya kebutuhan biaya bulananmu, bukan hanya bertahan hidup, tapi juga termasuk biaya untuk mengejar cita-cita, mungkin traveling, naik haji, menjalankan hobi atau yang lainnya.

Istilah yang populer didengar “Uang lebih tabu dibanding sex untuk dibicarakan”. Sex saja banyak yang malu untuk berdiskusi, apalagi persoalan penghasilan. Saya tahu ini bukan hal yang nyaman untuk dibahas, tapi kita harus belajar untuk mengatur keuangan, dan harus semangat untuk bisa memenuhi kebutuhan kamu dan keluarga. Jangan takut untuk mulai menulis di pulpen dan kertas, sebenarnya berapa kebutuhan bulanan kamu, jadikan itu target, jika belum berhasil.

Berpikir secara jujur, kalau kamu bekerja dengan orang lain dimana ada gaji tetap, apakah masuk akal, kalau kamu bekerja terus menerus di tempat ini, bisa mencapai TMI kamu tadi? Kalau belum, berarti kamu perlu usaha yang lebih untuk itu.

Ada banyak masalah yang muncul ketika keuangan bermasalah, tidak sedikit alasan suami dan istri bercerai karena masalah ekonomi, belum lagi menjadi akar masalah berbagai kasus kiriminal.

Kalau kamu merasa “ah tidak mungkin di Indonesia kita bisa menentukan TMI sendiri”. Kemungkinan besar, kamu punya lingkungan yang tidak mendukung, dan panutan yang tidak mengenalkan kamu untuk ini. Ingat, uang sangat tabu dibicarakan, tidak banyak orang yang mau membicarakannya. Kalau pikiran kamu terbuka dan mau berusaha, selalu ada jalan untuk bisa mengejar TMI.

Mulai belajar masalah finansial, mulai belajar mengatur keuangan, belajar menginvestasikan uang, tenaga dan waktu kamu.

Saya tidak mau terlalu jauh membahas masalah ini, karena kita sedang menggali produktivitas bukan keuangan, tapi harus saya singgung, karena erat kaitannya dengan kamu yang hanya bekerja sehari-hari tanpa punya target yang jelas, hanya menunggu gaji di akhir bulan.

Bukan hanya masalah uang

Tapi, uang saja tidak cukup untuk menjadi parameter. Seperti yang dibahas sebelumnya, kamu perlu MENDEFINISIKAN apa sebenarnya yang kamu inginkan. Bukan apa yang orang lain inginkan, bukan apa kata orang di instagram. Mengeluarkan uang hanya untuk mengikuti tren akan menaikkan status kamu di mata orang, bukan membuat kamu bahagia.

Kembali ke contoh awal, kalau kamu serius ingin belajar bahasa Inggris, mulai sisihkan pendapatan kamu untuk ikut kursus atau membayar guru atau ikut program. 1. Tahu tujuan 2. Punya usaha untuk itu.

Kamu perlu bertanya lebih dalam tentang keinginanmu. Kalau punya cita-cita mau berkontribusi pada organisasi non-profit, kenapa harus menunggu jadi orang kaya? kenapa kamu tidak mulai berkontribusi sekarang? kenapa kamu tidak menjadi relawan di kotamu? kenapa harus melewati tahap yang sangat panjang, kalau sudah tahu tujuan kamu sebenarnya.

Nah sekarang, cari ruangan sepi untuk kamu berpikir dan berbicara dengan diri sendiri, apa sebenarnya yang kamu inginkan? apa hal yang kamu akan sangat menyesal jika tidak dikerjakan? definisikan tujuan kamu mendapat uang selama ini.

Tentukan apa yang kamu inginkan dengan jelas, kerjaan seperti apa yang kamu mau, seberapa banyak penghasilan yang kamu butuhkan, dan hal penting lainnya, sebelum menghabiskan waktu mengerjakan yang tidak searah. Dengan mendeskripsikan jelas apa yang menjadi target, akan lebih mudah mengukurnya sudah sejauh apa kamu di perjalanan ini. Tentu saja hal ini bisa berubah seiring berjalannya waktu, tapi dengan punya kompas di awal, kamu tidak akan jauh tersesat.

Artikel ini adalah bagian pertama dari seri masalah produktivitas


---

Wed Apr 8, 2020, #kerja
Mau email kalau ada info menarik? klik ini.